Oleh: Catatan Isi Pikiran* di Suara Papua - Bagian 1
Anak Agung Gede Anum Putra, dari Fakultas Kedokteran Udaya Bali, dalam analisanya yang berjudul: "Kematian Akibat Tenggelam, Laporan Kasus", memberikan uraian yang menarik terkait penyebab kematian oleh tenggelam.
Hal ini memerlukan beberapa analisa, antara lain pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan diatom, dan pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan toksologi.
Ketika
melakukan semua hal ini, kita akan mendapat kesimpulan terkait penyebab
dan waktu kematian. Salah satu cara ilmiah guna menentukan waktu
kematian seseorang itu adalah lewat pemeriksaan luar, yakni bau jenazah.
Menurut
berbagai media lokal, jenazah Alm. Marthinus Yohame, ketua KNPB wilayah
Sorong Raya, pertama kali ditemukan pada pukul 07.00 WIT (Selasa, 26
Agustus 2014) oleh seorang Nelayan di sekitar Kepulauan Nana. Setelah
perahunya mendekati mayat, maka jenazah itu mengeluarkan bau busuk.
Maka
untuk menjawab waktu kematian seseorang, karena jenazah telah bau, maka
kembali ke teori diatas, kematian ini telah memakan waktu 1x24.
Bau jenazah ini secara teori akan muncul bermula dari perut korban.
Karena ekosistem penemuan mayat itu berada di air laut/asin, maka
pembusukannya mengalami hambatan, sehingga harus dihitung 2x24 jam.
Sehingga secara ilmu medis, Alm. Martinus Yohame, meninggal kurang lebih 2x24 jam, yakni pada 24 Agustus 2014, pukul 07.00 WIT.
Agenda
negara pada saat itu, yakni dalam 2x24 jam adalah Presiden SBY, sedang
berada di Pulau Mansinam, yakni ketika meresmikan patung Yesus Kristus
setinggi 30 meter, tepat pada pukul 10.00 WIT (Minggu, 24 Agustus 2014).
SBY berada di Manokwari hanya 4 jam, dan membatalkan agenda semula
yakni pertemuan dengan para Bupati dan Gubernur se-Tanah Papua. Telapak
kaki Presiden SBY nyaris tak pernah injak Tanah Papua pada tanggal 24
Agustus tersebut.
Hanya injak karpet (bandara dan situs), semen (hotel dan bandara),
aspal, besi (mobil). Dia berkendaraan sejak dari Bandara Rendani, dan
bahkan di situs Kristus Raja Pulau Mansinam juga, yang hanya berjarak
beberapa ratus meter dari dermaga, menggunakan mobil ke tempat
peresmian.
Sewaktu sampai Pulau Mansinam, Kompas memberitakan hujan turun, sebagaimana di Raja Ampat pada hari sebelumnya.
Sehingga
dapat disimpulkan lewat analisa medis kondisi luar mayat, yakni bau,
bahwa Al, Martinus Yohame dibunuh kurang lebih bersamaan waktunya dengan
peresmian situs Yesus Kristus oleh President SBY di Pulau Mansinam.
Dari pengamatan bau jenazah dan kondisi arus laut di depan kota
Sorong, maka kita dapat merangkai cerita tempat kejadian perkara (TKP)
sebagai berikut.
Dari data http://kkji.kp3k.kkp.go.id/.../basisdata.../details/1/128 , kita mengetahui data terkait:
Iklim dan dan kondisi perairan di seputar Sorong – Raja Ampat. Iklim
angin, pada wilayah Raja Ampat dipengaruhi oleh angin muson; antara
bulan Mei-November bertiup angin pasat Tenggara dan antara
Desember-April bertiup angin Barat Laut.
Sedang kecepatan anginnya, kita tahu terletak antara 5-15 knot dan di
wilayah teluk Sorong, tempat penemuan jenazah/TKP, hanya 3 knot.
Menurut
data dari Dishidros, arus tetap yang terdapat di sekitar Selat Sele
(koordinat 0110 LS dan 13110 BT) sebesar 3,75 m/detik.
Secara umum, pola pergerakan arus di wilayah perairan Raja Ampat pada
bulan Agustus mengarah dari Timur menyusuri bagian Utara Pulau Papua
menuju Barat Daya (Laut Banda).
Sedangkan pada bulan Oktober arus datang dari arah Barat Daya
menyusuri Kepulauan Maluku menuju Timur Laut/Samudera Pasifik (Wyrtki,
1961). Hal ini tidak lepas dari suhu laut di Laut Banda dan Samudera
Pasifik.
Dengan
membaca kajian teknis di atas, maka arus laut pada saat kejadian ini
(Jam 07 : 00 WIT, 24 Agustus 2014), mengarah dari Timur, menyuri utara
Pulau Papua dan menuju ke Barat Daya (Laut Banda).
Tempat
penemuan jenazah di pulau Nana dan kecepatan arus laut: 3,75 m/detik,
serta menimbang waktu penemuan (07.00 WIT, 26 Agustus 2014), maka
jenazah ini telah hanyut sejauh 3,75 m x 60 x 48, yakni 10800 meter atau
10, 8 km.
Karena
arus dari Timur menyusuri utara Papua, yakni dari arah Manokwari -
Makbon- Saoka - Tanjung Kasuari. Dari sini, arus laut menuju Kota
Sorong, dan melewati berbagai pulau kecil di depannya, entah itu Pulau
Doom, Pulau Nana dan lain sebagainya, dan kemudian keluar ke Selat Sele.
Ibarat botol, maka Tanjung Kasuari adalah mulutnya. Dengan demikian,
maka jenazah pada awal mula masuk ke dalam air laut adalah di wilayah
laut di depan Tanjung Kasuari pada jam 07.00 WIT, Minggu, 24 Agustus
2014.
Tempat penemuan Jenazah ini konsisten dengan arah arus laut dan kecepatan arus di perairan. (Bersambung).
*Penulis adalah pengamat sosial, tinggal di Pinggiran Kabupaten Intan Jaya, Papua
Baca dua tulisan sebelumnya:
23 September 2014
Home »
Aktivis
,
Human Rights
,
Indonesia
,
KNPB
,
Nasional
,
Police
,
West Papua
» Siapa Pelaku Pembunuhan Ketua KNPB Sorong Raya; Ini Analisisnya (Bagian I)
0 komentar:
Posting Komentar